SHALAT-SHALAT SUNNAH

SHALAT-SHALAT SUNNAH


Abu Syuja' berkata:

والصلوات المسنونات خمس: العيدان، والكسوفان، والاستسقاء. والسنن التابعة للفرائض سبعة عشر ركعة: ركعتا الفجر، وأربع قبل الظهر وركعتان بعده، وأربع قبل العصر، وركعتان بعد المغرب. وثلاث بعد العشاء يوتر بواحدة منهن. وثلاث نوافل مؤكدات: صلاة الليل، وصلاة الضحى، وصلاة التراويح.

Cara membacanya:

Wash-shalawaatul masnuunaati khamsun: (1) al-‘iidaani, (2) al-kusuufaani, (3) wal-istisqaa-i. Was-sunanut taabi’atu lil faraa-idhi sab’ata ‘asyara rak’atan: (1) rak’atal fajri, (2) wa arba’un qablazh zhuhri wa rak’ataani ba’dahu, (3) wa arba’un qablal ‘ashri, (4) wa rak’ataani ba’dal maghribi, (5) wa tsalaatsun ba’dal ‘isyaa-i yuutiru bi waahidin minhunna. Wa tsalaatsu nawaafila muakkadaatin: (1) shalaatul layli, (2) wa shalaatudh dhuhaa, (3) wa shalaatut taraawiihi.

Artinya:

Shalat-shalat yang disunnahkan ada lima, yaitu: (1) Shalat idul fitri, (2) Shalat idul adha, (3) shalat gerhana matahari, (4) shalat gerhana bulan, dan (5) shalat meminta hujan.

Shalat-shalat sunnah yang mengiringi shalat fardhu ada tujuh belas rakaat, yaitu: (1) Dua rakaat sebelum shalat shubuh, (2) Empat rakaat sebelum shalat zhuhur dan dua rakaat sesudahnya, (3) Empat rakaat sebelum shalat ashar, (4) Dua rakaat setelah shalat maghrib, dan (5) Tiga rakaat setelah shalat ‘isya, termasuk satu rakaat witir.

Tiga shalat nafilah muakkadah, yaitu: (1) Shalat malam, (2) Shalat dhuha, dan (3) Shalat tarawih.

Penjelasan Prof. Dr. Mushthafa Dib al-Bugha (dengan sedikit peringkasan dan perubahan redaksi):

1. Maksud “shalat-shalat yang disunnahkan ada lima” adalah shalat sunnah yang sangat ditekankan, lebih dari shalat-shalat sunnah lainnya, karena keadaannya yang independen dan diperintahkan berjamaah dalam pelaksanaannya.

Untuk lima shalat ini insyaAllah nanti akan ada pembahasan khusus masing-masing.

2. Dalil dua rakaat sebelum shalat shubuh adalah hadits riwayat Al-Bukhari (1116) dan Muslim (724) dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata:

لم يَكُنِ النبي صلى الله عليه وسلم على شيء من النوَافِلِ أشد تَعاهُداً منه على رَكْعَتَيْ الفجر

Artinya: “Tidak ada shalat nafilah yang paling dijaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melebihi dua rakaat fajar.”

Shalat nafilah adalah shalat tambahan yang dilaksanakan selain shalat fardhu.

3. Dalil empat rakaat sebelum zhuhur dan dua rakaat sesudahnya adalah hadits riwayat Al-Bukhari (1127) dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha:

أن النبي صلى الله عليه وسلم كان لا يَدع أرْبَعاً قبل الظهر، وركعتين قبل الغَداة

Artinya: “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak meninggalkan empat rakaat sebelum zhuhur dan dua rakaat sebelum shubuh.”

Juga hadits riwayat Muslim (730) dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata:

كان يصلي في بيتي قبل الظهر أربعاً، ثم يخرج فيصلي بالناس، ثم يدخل فيصلي ركعتين

Artinya: “Nabi mengerjakan shalat di rumahku empat rakaat sebelum zhuhur, kemudian keluar untuk shalat bersama orang-orang, setelah itu masuk ke rumah dan mengerjakan shalat dua rakaat.”

Dalam riwayat yang lain dikatakan shalat empat rakaat setelah zhuhur, sebagaimana riwayat Imam Hadits yang Lima, dan dishahihkan oleh At-Tirmidzi (427, 428) dari Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata bahwa Nabi bersabda:

مَنْ صَلّىَ أرْبعً رَكْعَات قبلَ الظهر، وأربعاً بعدها، حَرمهُ اللهُ عَلى النّارِ

Artinya: “Siapa yang mengerjakan shalat empat rakaat sebelum zhuhur dan empat rakaat sesudahnya, Allah haramkan baginya api neraka.”

Shalat jum’at sama seperti shalat zhuhur, karena ia merupakan penggantinya.

4. Dalil empat rakaat sebelum ashar adalah hadits riwayat At-Tirmidzi (430) dan dihasankan oleh beliau, dari Ibn ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

رَحمَ اللهُ امرَءاً صَلّى قبل الْعَصْرِ أربعاً

Artinya: “Semoga Allah merahmati seseorang yang mengerjakan empat rakaat sebelum ashar.”

Beliau mengerjakannya dua rakaat satu kali salam, sebagaimana disebutkan dalam riwayat At-Tirmidzi (429) dan selainnya, dari ‘Ali radhiyallahu ‘anhu:

كان النبي صلى الله عليه وسلم يصلي قبل العصر أربع ركعات يفصِلُ بَينَهُن بِالتَسلِيمِ

Artinya: “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat empat rakaat sebelum ashar dengan dipisah salam di antara keduanya.”

5. Dalil dua rakaat setelah maghrib adalah hadits riwayat Al-Bukhari (1126) dan Muslim (729) dari Ibn ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata:

حفظت من النبي صلى الله عليه وسلم عشرَ رَكْعات: ركعتين قبلَ الظهر وَركعتين بعدها، وركعتين بعدَ المغرب في بيته، وركعتين بعدَ العشاء في بيته، وركعتين قلَ صلاة الصبح، كانت ساعة لا يُدْخَلُ على النبي صلى الله عليه وسلم فيها

Artinya: “Saya menghafal sepuluh rakaat shalat yang dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu dua rakaat sebelum zhuhur dan dua rakaat setelahnya, dua rakaat setelah maghrib di rumahnya, dua rakaat setelah isya di rumahnya, serta dua rakaat sebelum shalat shubuh. Itu adalah waktu di mana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mau ditemui.”

Sepuluh rakaat shalat yang disebutkan dalam hadits ini lebih ditekankan untuk dikerjakan dibandingkan selainnya. Disunnahkannya rakaat-rakaat selainnya ditunjukkan oleh dalil-dalil lain.

6. Disunnahkan juga shalat dua rakaat ringan sebelum shalat maghrib, berdasarkan hadits riwayat Al-Bukhari (599) dan Muslim (837) dari Anas radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:

كنا بالمدينة، فإذا أذنَ المؤذنُ لصلاة المغرب ابْتدَرُوا السواري، فيركعونَ ركعتين ركعتين، حتى إن الْغَريبَ ليدخل المسجد فَيَحْسِب أنَ الصلاة قد صُليَتْ، من كثرة من يصليهما

Artinya: “Kami dulu di Madinah, ketika muadzin mengumandangkan adzan untuk shalat maghrib, orang-orang bersegera menuju tiang-tiang untuk mengerjakan shalat dua rakaat dua rakaat, hingga jika orang asing masuk masjid, ia akan mengira shalat maghrib telah dikerjakan, karena banyaknya yang mengerjakan shalat sunnah tersebut.”

7. Disunnahkan juga shalat dua rakaat ringan sebelum shalat isya, berdasarkan hadits riwayat Al-Bukhari (601) dan Muslim (838), dari ‘Abdullah ibn Mufadhdhal radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

بَيْنَ كل أذَانيْن صَلاةٌ، بَيْنَ كُل أذَانَين صَلاةٌ. ثم قال في الثالثة: لِمَنْ شاءَ

Artinya: “Di antara dua adzan terdapat shalat. Di antara dua adzan terdapat shalat. [Kemudian beliau bersabda untuk ketiga kalinya] Bagi siapa saja yang ingin mengerjakannya.”

Maksud dua adzan pada hadits ini adalah adzan dan iqamah.

8. Dalil shalat sunnah setelah isya adalah hadits Ibn ‘Umar sebelumnya.

Tentang witir, Muslim (752) meriwayatkan dari Ibn ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الوِتْرُ ركْعةٌ مِنْ آخِر الليل

Artinya: “Witir adalah satu rakaat di akhir malam.”

Satu rakaat ini adalah bilangan witir paling sedikit. Yang tengah-tengah adalah tiga rakaat. Yang paling banyak adalah sebelas rakaat.

Al-Bukhari (1071), Muslim (736), dan selain keduanya meriwayatkan dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata:

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يصلي ما بين أن يَفرغُ من صلاة العشاء إلى الفجر إحدى عَشرَةَ رَكْعة، يُسلًمُ بين كل ركعتين، ويُوتِرُ بوَاحدَة. فإذا سكَتَ المؤذنُ من صلاة الفجر، وتَبَيِّنَ له الفجر، وجَاءهَ المؤذنُ، قام فركع ركعتين خفيفتين، ثم اضطَجعً على شِقِّهِ الأيْمَن حتى يأتِيهُ المؤذن للإقامةِ

Artinya: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan shalat di antara waktu setelah shalat isya sampai fajar sebelas rakaat. Beliau salam tiap dua rakaat, dan witir dengan satu rakaat. Jika muadzin diam untuk shalat fajar, fajar telah terlihat dan muadzin mendatanginya, beliau berdiri dan mengerjakan shalat dua rakaat ringan (dua rakaat fajar). Setelah itu beliau berbaring di atas sisi kanan badannya, sampai muadzin mendatanginya untuk iqamah.”

Abu Dawud (1422) dan selainnya meriwayatkan dari Abu Ayyub radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda:

الوِتْرُ حَق، فَمنْ أحب أنْ يُوترَ بخمْس فَليَفْعلْ، ومن أحب أن يوتر بثلاث فليفعل، ومن أحَب أن يُوتِرَ بِوَاحِدَة فَلْيَفعَلْ

 Artinya: “Witir itu adalah haq (disyariatkan dan diperintahkan). Siapa yang ingin mengerjakan witir lima rakaat, kerjakanlah. Siapa yang ingin mengerjakannya tiga rakaa, kerjakanlah. Siapa yang ingin mengerjakannya satu rakaat, kerjakanlah.”

9. Shalat malam (qiyamul lail), shalat dhuha, dan shalat tarawih merupakan shalat sunnah yang paling utama dan ditekankan untuk dikerjakan, setelah shalat yang diperintahkan berjamaah dan shalat rawatib yang mengikuti shalat fardhu, yang telah disebutkan sebelumnya.

Lima shalat yang diperintahkan berjamaah lebih utama karena keutamaan jamaah. Shalat rawatib lebih utama karena ia shalat yang mengikuti shalat fardhu.

10. Dalil disunnahkannya shalat malam adalah hadits riwayat Muslim (116) dan selainnya, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya, “Shalat apakah yang paling utama setelah shalat fardhu?” Beliau menjawab:

الصَلاةُ في َجوْفِ اللّيل

Artinya: “Shalat yang dikerjakan di pertengahan malam.”

Shalat ini dinamakan qiyamul lail dan tahajjud, jika ia dikerjakan setelah tidur.

11. Dalil disunnahkannya shalat dhuha adalah hadits riwayat Al-Bukhari (1880) dan Muslim (721), dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:

أوْصاني خَليلي بثلاثٍ: صيامِ ثلاثةِ أيام من كل شَهرٍ، ورَكْعتيِ الضُحى وأن أوتِرَ قبلَ أنْ أنَامَ. أصًلي الوتر

Artinya: “Teman dekatku (yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) mewasiatkan kepadaku tiga hal, yaitu shalat tiga hari setiap bulan, dua rakaat dhuha, dan shalat witir sebelum tidur.”

Shalat dhuha minimal dikerjakan dua rakaat dan maksimal delapan rakaat.

12. Dalil disunnahkannya shalat tarawih atau qiyam Ramadhan adalah hadits riwayat Al-Bukhari (37), Muslim (759) dan selain keduanya, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ قَامَ رمَضَانَ إيماناً واحْتساباً غُفِرَ لهُ مَا تَقَدمَ مِنْ ذَنْبه

Artinya: “Siapa yang mengerjakan qiyam Ramadhan karena iman dan mengharap ridha Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.”

Jumlah rakaat shalat tarawih ini dua puluh rakaat, dikerjakan dua rakaat satu kali salam. Waktunya adalah antara shalat isya dan shalat fajar, dikerjakan sebelum shalat witir. Ia juga disyariatkan berjamaah, berdasarkan atsar dari ‘Umar ibn Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu yang sudah sangat masyhur.

Wallahu a’lam bish shawab.
SHALAT-SHALAT SUNNAH SHALAT-SHALAT SUNNAH Reviewed by Unknown on November 12, 2017 Rating: 5

No comments:

Search This Blog

Popular

BAB 5

BAB 5 K I S A H Ada seorang salih, ia mempunyai saudara (kawan) yang salih pula. Setiap tahun ia berkunjung kepadanya. Suatu hari i...

Powered by Blogger.