RUKUN SHALAT

RUKUN SHALAT

Abu Syuja' berkata:

وأركان الصلاة ثمانية عشر ركنا: النية، والقيام مع القدرة، وتكبيرة الإحرام، وقراءة الفاتحة وبسم الله الرحمن الرحيم آية منها، والركوع، والطمأنينة فيه، والرفع والاعتدال، والطمأنينة فيه، والسجود، والطمأنينة فيه، والجلوس بين السجدتين، والطمأنينة فيه، والجلوس الأخير، والتشهد فيه، والصلاة على النبي صلى الله عليه وسلم فيه، والتسليمة الأولى، ونية الخروج من الصلاة، وترتيب الأركان على ما ذكرناه.

Cara membacanya:

Wa arkaanush shalaati tsamaaniyata ‘asyara ruknan: (1) an-niyyatu, (2) wal-qiyaamu ma’al qudrati, (3) wa takbiiratul ihraami, (4) wa qiraa-atul faatihati wa bismillaahirrahmaanirrahiimi aayatun minhaa, (5) war-rukuu’u, (6) wath-thuma’niinatu fiihi, (7) war-raf’u wal-i’tidaalu, (8) wath-thuma’niinatu fiihi, (9) was-sujuudu, (10) wath-thuma’niinatu fiihi, (11) wal-juluusu baynas sajdatayni, (12) wath-thuma’niinatu fiihi, (13) wal-juluusul akhiiru, (14) wat-tasyahhudu fiihi, (15) wash-shalaatu ‘alan nabiyyi shallallahu ‘alaihi wa sallama fiihi, (16) wat-tasliimatul uulaa, (17) wa niyyatul khuruuji minash shalaati, (18) wa tartiibul arkaani ‘alaa maa dzakarnaahu.

Artinya:

Rukun shalat ada delapan belas, yaitu: (1) niat, (2) berdiri jika mampu, (3) takbiratul ihram, (4) membaca surah Al-Fatihah, dan bismillaahirrahmaanirrahiim salah satu ayat darinya, (5) ruku’, (6) thuma’ninah dalam ruku’, (7) bangun dari ruku’ dan berdiri tegak/i’tidal, (8) thuma’ninah dalam i’tidal, (9) sujud, (10) thuma’ninah dalam sujud, (11) duduk di antara dua sujud, (12) thuma’ninah ketika duduk di antara dua sujud, (13) duduk untuk tasyahhud akhir, (14) tasyahhud akhir, (15) membaca shalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, (16) salam pertama, (17) niat keluar dari shalat, (18) mengerjakan rukun secara tertib sebagaimana yang kami sebutkan.

Penjelasan Prof. Dr. Mushthafa Dib al-Bugha (dengan sedikit perubahan redaksi):

1. Dalil wajibnya niat adalah firman Allah ta’ala:

وما أمروا إلا ليعبدوا الله مخلصين له الدين

Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.” (QS. Al-Bayyinah [98]: 5)

Al-Mawardi berkata: Ikhlash dalam bahasa mereka adalah niat.

Juga berdasarkan hadits:

إنما الأعمال بالنيات

Artinya: “Sesungguhnya segala amal itu tergantung niatnya.” (Muttafaq ‘alaih)

2. Dalil wajibnya berdiri jika mampu adalah hadits riwayat Al-Bukhari (1066) dari ‘Imran ibn Hushain radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, saya terkena ambien, kemudian saya bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang shalat saya, kemudian beliau menjawab:

صل قائما. فإن لم تستطع فقاعدا، فإن لم تستطع فعلى جنب

Artinya: “Shalatlah dengan berdiri. Jika engkau tidak mampu, maka duduklah. Jika engkau tidak mampu, maka berbaring miringlah.”

Dalam riwayat An-Nasai ditambahkan:

فإن لم تستطع فمستلقيا، لا يكلف الله نفسا إلا وسعها

Artinya: “Jika engkau tidak mampu, maka telentanglah. Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya.”

3. Dalil rukun-rukun nomor 3 sampai nomor 12 adalah hadits riwayat Al-Bukhari (724) dan Muslim (397) dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memasuki masjid. Kemudian masuklah seorang laki-laki dan mengerjakan shalat. Lalu ia datang dan memberi salam kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi menjawab salamnya dan berkata:

ارجع فصل فإنك لم تصل

Artinya: “Kembalilah shalat, karena engkau belum shalat.”

Kemudian orang itu mengerjakan shalat. Setelah itu ia datang lagi dan mengucapkan salam. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:

ارجع فصل فإنك لم تصل

Artinya: “Kembalilah shalat, karena engkau belum shalat.”

Beliau mengucapkannya tiga kali. Kemudian orang itu berkata, “Demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran, saya tidak bisa melakukan yang lebih baik dari itu, maka ajarilah saya”.

Nabi kemudian bersabda:

إذا قمت إلى الصلاة فكبر، ثم اقرأ ما تيسر معك من القرآن، ثم اركع حتى تطمئن راكعا، ثم ارفع حتى تعتدل قائما، ثم اسجد حتى تطمئن ساجد، ثم ارفع حتى تطمئن جالسا، ثم اسجد حتى تطمئن ساجدا، ثم افعل ذلك في صلاتك كلها

Artinya: “Jika engkau akan mengerjakan shalat, bertakbirlah. Kemudian bacalah bacaan Al-Qur’an yang mudah bagimu. Kemudian ruku’-lah sampai engkau thuma’ninah dalam ruku’. Kemudian bangkitlah sampai engkau berdiri lurus. Kemudian sujudlah sampai engkau thuma’ninah dalam sujud. Kemudian bangkitlah sampai engkau thuma’ninah dalam duduk. Kemudian sujudlah sampai engkau thuma’ninah dalam sujud. Kemudian lakukanlah itu dalam semua shalatmu.”

Hadits ini disebut oleh para ulama sebagai hadits tentang orang yang buruk shalatnya.

Dalam hadits di atas terdapat redaksi, “Kemudian bacalah bacaan Al-Qur’an yang mudah bagimu”. Namun dalam riwayat Ibnu Hibban (484), redaksinya adalah, “Kemudian bacalah Ummul Qur’an”, yaitu surah Al-Fatihah.

Wajibnya membaca surah Al-Fatihah ini juga ditunjukkan oleh hadits riwayat Al-Bukhari (723) dan Muslim (394):

لا صلاة لمن لم يقرأ بفاتحة الكتاب

Artinya: “Tidak ada (tidak sah) shalat bagi orang yang tidak membaca Al-Fatihah.”

Dalil yang menunjukkan basmalah merupakan salah satu ayat dari Al-Fatihah dan surah-surah lainnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim (400) dari Anas radhiyallahu ‘anhu, dia berkata:

بينا رسول الله صلى الله عليه وسلم ذات يوم بين أظهرنا إذ أغفى إعفاءة، ثم رفع رأسه متبسما، فقلنا: ما أضحكك يا رسول الله؟ قال: (أنزلت علي آنفا سورة فقرأ: بسم الله الرحمن الرحيم. إنا أعطيناك الكوثر)

Artinya: “Suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama kami. Ketika itu beliau kelihatan tertidur ringan, kemudian beliau mengangkat kepalanya sambil tersenyum. Maka kami bertanya, ‘Apa yang membuatmu tertawa, wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Baru saja diturunkan kepadaku satu surah’. Kemudian beliau membaca: بسم الله الرحمن الرحيم. إنا أعطيناك الكوثر.”

Hadits ini menunjukkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganggap basmalah salah satu ayat dari surah tersebut.

4. Dalil yang menunjukkan duduk untuk tasyahhud akhir termasuk rukun shalat adalah hadits riwayat Al-Bukhari (794) dari Abu Humaid As-Sa’idi radhiyallahu ‘anhu, tentang gambaran shalat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

وإذا جلس في الركعة الآخرة قدم رجله اليسرى، ونصب الأخرى، وقعد على مقعدته

Artinya: “Jika duduk pada rakaat terakhir, beliau mengedepankan kaki kirinya, menegakkan kaki kanannya, dan duduk di atas pantatnya.”

Selain itu, juga karena posisi duduk ini merupakan tempat mengucapkan sesuatu yang wajib, sebagaimana akan dijelaskan setelah ini, maka hukumnya pun wajib, seperti wajibnya berdiri untuk membaca Al-Fatihah.

5. Dalil wajibnya membaca tasyahhud akhir adalah hadits riwayat Al-Bukhari (5806), Muslim (402), dan selain keduanya dari Ibn Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Dulu, jika kami shalat bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka kami mengucapkan –dalam riwayat Al-Baihaqi (2/138) dan Ad-Daraquthni (1/350): Sebelum diwajibkan tasyahhud kepada kami, kami mengucapkan–, ‘Keselamatan untuk Allah sebelum para hamba-Nya, keselamatan untuk Jibril, keselamatan untuk Mikail, keselamatan untuk fulan’. Tatkala Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selesai, beliau menghadapkan wajahnya kepada kami seraya berkata:

إن الله هو السلام، فإذا جلس أحدكم في الصلاة فليقل: التحيات ...

Artinya: “Sesungguhnya Allah adalah As-Salam. Jika salah seorang di antara kalian duduk dalam shalatnya, maka ucapkanlah: at-tahiyyaatu...”

Tentang redaksi tasyahhud, ada berbagai riwayat dan semuanya shahih. Redaksi yang sempurna dan utama menurut Imam Asy-Syafi’i adalah yang disebutkan dalam hadits riwayat Muslim (403) dan selainnya dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajari kami tasyahhud, sebagaimana beliau mengajari kami surah dalam Al-Qur’an. Beliau berkata:

التحيات المباركات، الصلوات الطيبات لله، السلام عليك أيها النبي ورحمة الله وبركاته، السلام علينا وعلى عباد الله الصالحين، أشهد أن لا إله إلا الله، وأشهد أن محمدا رسول الله

Artinya: “Segala penghormatan yang diberkahi, shalawat dan kebaikan hanyalah milik Allah. Keselamatan, rahmat Allah dan berkah-Nya semoga senantiasa terlimpahkan kepadamu wahai Nabi. Semoga keselamatan juga terlimpahkan kepada kami dan hamba-hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.”

6. Dalil wajibnya membaca shalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah firman Allah ta’ala:

إن الله وملائكته يصلون على النبي يا أيها الذين آمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما

Artinya: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian kepada Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab [33]: 56)

Para ulama sepakat bahwa shalawat tidak wajib di luar shalat, dan wajb di dalam shalat. Yang menunjukkan wajibnya shalawat di dalam shalat adalah hadits riwayat Ibnu Hibban (515) dan Al-Hakim (1/268) –dan ia menshahihkannya–, dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, yang bertanya tentang cara bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

كيف نصلي عليك، إذا نحن صلينا عليك في صلاتنا صلى الله عليك؟ فقال: قولوا ...

Artinya: “Bagaimana kami bershalawat kepadamu, yang jika kami bershalawat kepadamu di dalam shalat kami, Allah pun akan bershalawat kepadamu? Beliau menjawab, ‘Ucapkanlah...’.”

Hadits di atas menunjukkan bahwa tempat membaca shalawat adalah di dalam shalat.

Tempat yang tepat untuk membaca shalawat adalah di akhir shalat, dan ia wajib dibaca pada saat duduk terakhir setelah tasyahhud.

Lafazh shalawat yang sempurna adalah:

اللهم صل على محمد وعلى آل محمد، كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم، وبارك على محمد وعلى آل محمد، كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم، في العالمين إنك حميدي مجيد

Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah melimpahkan shalawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Limpahkanlah berkah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah melimpahkan berkah kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia di seluruh alam semesta.”

Lafazh di atas berdasarkan hadits-hadits yang shahih yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari, Muslim, dan selain keduanya. Pada sebagian jalur periwayatannya ada penambahan dan ada pengurangan.

7. Dalil yang menunjukkan salam yang pertama merupakan rukun shalat adalah hadits riwayat Muslim (498) dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha:

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يستفتح الصلاة بالتكبير ... وكان يختم الصلاة بالتسليم

Artinya: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membuka shalat dengan takbir ... dan menutupnya dengan salam.”

8. Tentang niat keluar dari shalat, hukumnya tidak wajib, berdasarkan pendapat yang paling shahih. Ia disunnahkan, sebagai penghormatan atas pendapat yang menyatakannya rukun.

9. Dalil yang menunjukkan wajibnya mengerjakan rukun shalat secara tertib adalah hadits tentang orang yang buruk shalatnya (yang sudah disebutkan sebelumnya). Dalam hadits tersebut antar rukun shalat dihubungkan dengan kata ‘tsumma’, dan itu menunjukkan urutan (tertib).

Hal ini juga ditunjukkan oleh amal shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan melalui hadits-hadits yang shahih.

Wallahu a’lam bish shawab.
RUKUN SHALAT RUKUN SHALAT Reviewed by Unknown on November 09, 2017 Rating: 5

No comments:

Search This Blog

Popular

BAB 5

BAB 5 K I S A H Ada seorang salih, ia mempunyai saudara (kawan) yang salih pula. Setiap tahun ia berkunjung kepadanya. Suatu hari i...

Powered by Blogger.