TAHUKAH ANDA? MANDI YANG DISUNAHKAN

MANDI-MANDI YANG DISUNNAHKAN




Abu Syuja' berkata:

والاغتسالات المسنونة سبعة عشر غسلا: غسل الجمعة، والعيدين، والاستسقاء، والخسوف، والكسوف، والغسل من غسل الميت، والكافر إذا أسلم، والمجنون، والمغمى عليه إذا أفاقا، والغسل عند الإحرام، ولدخول مكة، وللوقوف بعرفة، وللمبيت بمزدلفة، ولرمي الجمار الثلاث، وللطواف، وللسعي، ولدخول مدينة الرسول صلى الله عليه وسلم.

Cara membacanya:

wal ightisaalaatul masnuunatu sab’ata asyara ghuslan: (1) ghuslul jumu’ati, (2) wal-‘iidayni, (3) wal istisqaa-i, (4) wal khusuufi, (5) wal kusuufi, (6) wal ghuslu min ghuslil mayyiti, (7) wal kaafiri idzaa aslama, (8) wal majnuuni, (9) wal mughmaa ‘alaihi idzaa afaaqaa, (10) wal ghuslu ‘indal ihraami, (11) wa li dukhuuli Makkata, (12) wa lil wuquufi bi ‘Arafata, (13) wa lil mabiiti bi Muzdalifata, (14) wa li ramyil jimaarits tsalaatsi, (15) wa lith thawwaafi, (16) wa lis sa’yi, (17) wa li dukhuuli Madiinati RasuuliLlaahi shallallahu ‘alaihi wa sallama.

Artinya:

Mandi yang disunnahkan itu ada tujuh belas, yaitu: (1) Mandi ketika akan shalat jum’at, (2) Mandi ketika akan shalat ‘idul fithri dan ‘idul adhha, (3) mandi untuk shalat istisqa, (4) mandi untuk shalat gerhana bulan, (5) mandi untuk shalat gerhana matahari, (6) mandi setelah memandikan mayat, (7) mandi bagi orang yang baru masuk Islam, (8) mandi setelah sembuh dari gila, (9) mandi setelah sadar dari pingsan, (10) mandi untuk ihram, (11) mandi ketika akan memasuki kota Makkah, (12) mandi ketika akan wuquf di ‘Arafah, (13) mandi ketika akan mabit di Muzdalifah, (14) mandi sebelum melempar tiga jumrah, (15) mandi untuk thawaf, (16) mandi untuk sa’i, dan (17) mandi ketika akan memasuki kota Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Penjelasan Prof. Dr. Mushthafa Dib al-Bugha (dengan sedikit perubahan redaksi):

1.Dalil mandi untuk shalat jum’at. Imam Al-Bukhari (837), Imam Muslim (844), dan selain keduanya meriwayatkan dari Ibn ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إذَا جَاءَ أحَدُكُمْ إلى الجُمُعَةِ فلْيَغتَسِلْ

Artinya: “Jika salah seorang di antara kalian akan mengerjakan shalat jum’at, hendaklah ia mandi.”

Perintah mandi ini berubah dari wajib menjadi sunnah karena hadits yang diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi (497) ini:

مَنْ تَوضأ يَوْمَ الجمعة فبها ونِعْمَتْ، ومن اغتسلَ فالغسلُ أفْضَلُ

Artinya: “Barangsiapa berwudhu pada hari jum’at, maka dia telah mengamalkan sunnah dan itulah sebaik-baik sunnah. Barangsiapa mandi, maka mandi itu lebih utama.”

2. Mengenai mandi untuk shalat ‘ied, Imam Malik dalam Muwaththa (1/117) meriwayatkan bahwa ‘Abdullah ibn ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma mandi di hari ‘Iedul Fithri sebelum berangkat ke tempat shalat.

‘Iedul ‘Adhha diqiyaskan dengan ‘Iedul Fithri.

3. Untuk shalat istisqa, khusuf, dan kusuf, menurut al-Bugha tidak ditemukan dalil naqli tentang disunnahkan mandi sebelumnya. Beliau menyatakan, para ulama kemungkinan mengqiyaskannya dengan hari jum’at dan dua hari raya, karena maknanya sama, yaitu dari sisi disyariatkannya berjamaah dalam pelaksanaannya dan orang-orang berkumpul untuk melaksanakannya.

4. Mengenai mandi setelah memandikan mayat, imam hadits yang lima meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

مَنْ غَسلَ مَيْتاً فَلْيَغْتَسِلْ، وَمَنْ حَمَلَهُ فَلْيَتَوَضَّأ

Artinya: “Barangsiapa memandikan mayat, hendaklah dia mandi. Barangsiapa memikulnya, hendaklah dia berwudhu.”

Hadits di atas dinilah hasan oleh at-Tirmidzi (993).

Perubahan hukumnya dari wajib menjadi sunnah adalah berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Al-Hakim (1/386) berikut ini:

لَيْس عَلَيْكُمْ في غُسلِ مَيًتكُمْ غُسْلٌ إذَاغَسلْتُموه

Artinya: “Kalian tidak harus mandi karena memandikan mayat salah seorang di antara kalian, jika kalian memandikannya.”

5. Mengenai mandi bagi orang yang baru masuk Islam, Abu Dawud (355) dan At-Tirmidzi (605) meriwayatkan dari Qais ibn ‘Ashim radhiyallahu ‘anhu, dia berkata:

أتيت النبي صلى الله عليه وسلم أريد الإسلام، فأمرني أن أغتسلَ بماء وسدْر. وهو ورق مطحون من شجر معين

Artinya: “Saya mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam karena ingin masuk Islam. Beliau lalu memerintahkanku untuk mandi dengan air dan sidr, yaitu daun yang ditumbuk ari pohon tertentu.”

Setelah meriwayatkan hadits ini, At-Tirmidzi berkata: “Hadits ini diamalkan oleh para ahli ilmu. Mereka menyatakan sunnah bagi seorang laki-laki yang masuk Islam untuk mandi dan mencuci pakaiannya.”

Mandi ini hukumnya tidak wajib karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memerintahkan setiap orang yang masuk Islam untuk mandi.

6. Dalil disunnahkannya mandi bagi orang yang sadar dari pingsan adalah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari (655) dan Muslim (418) dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia berkata:

ثقل رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال: أصلى الناس؟ فقلنا: لا، هم ينتظرونك يا رسول الله، فقال: ضعوا لي ماء في المخضب قالت: ففعلنا، فاغتسل، ثم ذهب ليَنُوءَ فأغْميَ عليه، ثم أفَاقَ فقال: أصلى الناس؟ فقلنا: لا، هم ينتظرونك يا رسول الله، فقال ضعوا لي ماء في المخضب. قالت: ففعلنا، فاغتسل، ثم ذهب لينوء فأغمي عليه، ثم أفاق ...

Artinya: “Penyakit Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam parah. Beliau bertanya, ‘Apakah orang-orang sudah shalat?’, Kami menjawab, ‘Belum. Mereka menunggumu wahai Rasulullah’. Beliau berkata, ‘Ambilkan untukku air sebaskom’. ‘Aisyah melanjutkan ceritanya: Maka kami pun melakukannya. Kemudian beliau mandi. Tatkala bangkit dengan susah payah, beliau pingsan. Setelah itu sadar kembali. Beliau bertanya, ‘Apakah orang-orang sudah shalat?’ Kami menjawab, ‘Belum. Mereka menunggumu wahai Rasulullah’. Beliau berkata, ‘Ambilkan untukku air sebaskom’. ‘Aisyah melanjutkan ceritanya: Maka kami pun melakukannya. Kemudian beliau mandi. Tatkala bangkit dengan susah payah, beliau pingsan. Setelah itu sadar kembali...”

Gila diqiyaskan dengan pingsan, karena maknanya sama, bahkan gila lebih tinggi tingkatannya.

7. Mengenai mandi ketika akan ihram, At-Tirmidzi (830) meriwayatkan dari Zaid ibn Tsabit radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melepas pakaiannya untuk ihram dan mandi.

8. Mengenai mandi ketika akan memasuki Makkah, Al-Bukhari (1478) dan Muslim (1259) meriwayatkan dari Ibn ‘Umar radhiyallahu ‘anhu bahwa jika berangkat ke Makkah, dia tidak akan bermalam kecuali di Dzi Thuwa sampai pagi hari dan mandi. Kemudian masuk ke Makkah ketika siang hari. Ibnu ‘Umar menyebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan hal itu.

9. Mengenai mandi ketika akan wuquf di ‘Arafah, Imam Malik meriwayatkan dalam Al-Muwaththa (1/322) dari Ibn ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma bahwa dia mandi karena ihram sebelum berihram, karena memasuki Makkah, dan wuquf pada sore hari di ‘Arafah.

10. Pendapat yang ashah (paling shahih), sebagaimana disebutkan dalam kitab “Nihayah”, tidak disunnahkan mandi ketika mabit di muzdalifah.

11. Pendapat yang mu’tamad (yang dijadikan sandaran), sebagaimana disebutkan dalam kitab “Al-Iqna’”, tidak disunnahkan mandi untuk thawaf.

12. Al-Bugha tidak menyebutkan dan menjelaskan dalil atas disunnahkannya mandi ketika memasuki kota Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Wallahu a’lam bish shawab.
TAHUKAH ANDA? MANDI YANG DISUNAHKAN TAHUKAH ANDA? MANDI YANG DISUNAHKAN Reviewed by Unknown on October 31, 2017 Rating: 5

No comments:

Search This Blog

Popular

BAB 5

BAB 5 K I S A H Ada seorang salih, ia mempunyai saudara (kawan) yang salih pula. Setiap tahun ia berkunjung kepadanya. Suatu hari i...

Powered by Blogger.