HAL-HAL YANG TERTINGGAL DALAM SHALAT

HAL-HAL YANG TERTINGGAL DALAM SHALAT

Abu Syuja' berkata:

والمتروك من الصلاة ثلاثة أشياء: فرض، وسنة، وهيئة. فالفرض لا ينوب عنه سجود السهو بل إن ذكره والزمان قريب أتى به وبنى عليه وسجد للسهو. والسنة لا يعود إليها بعد التلبس بالفرض لكنه يسجد للسهو عنها. والهيئة لا يعود إليها بعد تركها ولا يسجد للسهو عنها. وإذا شك في عدد ما أتى به من الركعات بنى على اليقين وهو الأقل وسجد للسهو. وسجود السهو سنة ومحله قبل السلام.

Cara membacanya:

Wal matruuku minash shalaati tsalaatsatu asy-yaa-a: fardhun wa sunnatun wa hay-atun. Fal fardhu laa yanuubu ‘anhu sujuudus sahwi, bal in dzakarahu waz zamaanu qariibun ataa bihi wa banaa ‘alayhi wa sajada lis sahwi. Was sunnatu laa ya’uudu ilayhaa ba’dat talabbusi bil fardhi, lakinnahu yasjudu lis sahwi ‘anhaa. Wal hay-atu laa ya’uudu ilayhaa ba’da tarkihaa wa laa yasjudu lis sahwi ‘anhaa. Wa idzaa syakka fii ‘adadi maa ataa bihi minar raka’aati banaa ‘alal yaqiini wa huwal aqallu wa sajada lis sahwi. Wa sujuudus sahwi sunnatun, wa mahalluhu qablas salaami.

Artinya:

Ada tiga perkara yang (mungkin) tertinggal dalam shalat, yaitu fardhu, sunnah (maksudnya sunnah ab’aadh), dan hai-at. Adapun perkara fardhu yang tertinggal, ia tidak bisa digantikan dengan sujud sahwi. Namun jika ia ingat (bahwa ada fardhu yang tertinggal) tidak lama setelahnya, ia harus kembali mengerjakan fardhu tersebut dan kemudian melakukan sujud sahwi (sebelum salam).

Perkara sunnah yang tertinggal, ia tidak perlu diulang jika sudah terlanjur melakukan hal yang fardhu setelahnya. Tetapi ia harus sujud sahwi karena meninggalkan perkara sunnah ini.

Perkara hai-at yang tertinggal, ia tidak perlu diulang dan juga tidak perlu sujud sahwi karenanya.

Apabila seseorang ragu mengenai jumlah rakaat yang telah dikerjakannya, ia harus mendasarkan pada hal yang yakin, yaitu jumlah rakaat paling sedikit, kemudian sujud sahwi.

Sujud sahwi hukumnya sunnah, dan letaknya sebelum salam.

Penjelasan Prof. Dr. Mushthafa Dib al-Bugha (dengan sedikit perubahan redaksi):

1. Mengenai perkara yang fardhu dalam shalat, Al-Bukhari (1169) meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:

صلى بنا النبى صلى الله عليه وسلم الظهر أو العصر، فسلم، فقال له ذو اليدين: الصلاة يا رسول الله، أنقصت؟ فقال النبي صلى الله عليه وسلم لأصحابه: (أحق ما يقول). قالوا: نعم، فصلى ركعتين أخريين، ثم سجد سجدتين.

Artinya: “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat zhuhur atau ashar bersama kami, kemudian beliau salam. Maka Dzul Yadayn berkata kepada beliau, ‘Wahai Rasulullah, apakah shalatnya kurang?’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada para shahabat, ‘Benarkah yang dikatakannya?’ Mereka menjawab, ‘Ya.’ Kemudian beliau mengerjakan dua rakaat lainnya, setelah itu sujud dua kali.”

2. Mengenai perkara sunnah, Al-Bukhari (1166) dan Muslim (570) meriwayatkan dari Abdullah ibn Buhainah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:

صلى لنا رسول الله صلى الله عليه وسلم ركعتين من بعض الصلوات - وفي رواية: قام من اثنتين من الظهر - ثم قام فلم يجلس، فقام الناس معه، فلما قضى صلاته ونظرنا تسليمه، كبر قبل التسليم، فسجد سجدتين وهو جالس، ثم سلم.

Artinya: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat dua rakaat di sebagian waktu shalat bersama kami –dalam salah satu riwayat: Beliau berdiri setelah dua rakaat shalat zhuhur–, kemudian beliau berdiri dan tidak duduk, maka orang-orang berdiri bersamanya. Tatkala menyelesaikan shalatnya dan kami menunggu salamnya, beliau bertakbir sebelum salam, kemudian sujud dua kali ketika masih duduk, setelah itu salam.”

Ibn Majah (1208), Abu Dawud (1036), dan selain keduanya meriwayatkan hadits dari Al-Mughirah ibn Syu’bah, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إذا قام أحدكم من الركعتين، فلم يستتم قائما، فليجلس. وإذا استتم قائما فلا يجلس، ويسجد سجدتي السهو

Artinya: “Jika salah seorang dari kalian bangkit dari dua rakaat dan belum sempurna berdirinya, maka hendaklah ia duduk. Jika berdirinya telah sempurna, maka jangan duduk. Dia harus melakukan sujud sahwi dua kali.”

3. Dalam perkara hai-at, seseorang tidak perlu mengulang perkara yang tertinggal dalam shalat dan tidak perlu melakukan sujud sahwi. Hal ini karena ia bukanlah perkara yang sangat ditekankan (muakkadah) untuk dikerjakan dalam shalat, dan tidak terdapat riwayat yang menyebutkan dilakukannya sujud sahwi karena tertinggal melaksanakan perkara hai-at ini.

4. Jika seseorang ragu mengenai jumlah rakaat yang telah dikerjakannya, ia harus mendasarkan pada hal yang yakin, yaitu jumlah rakaat paling sedikit, kemudian sujud sahwi. Muslim (571) meriwayatkan hadits dari Abu Sa’id radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إذا شك أحدكم في صلاته، فليم يدر كم صلى، ثلاثا أم أربعا؟ فليطرح الشك، وليبن على ما استيقن ثم يسجد سجدتين قبل أن يسلم، فإن كان صلى خمسا شفعن له صلاته، وإن كان صلى إتماما لأربع، كانتا ترغيما للشيطان

Artinya: “Jika salah seorang dari kalian ragu dalam shalatnya, dan ia tidak mengetahui berapa rakaat yang telah dikerjakannya, apakah tiga atau empat, maka hendaknya ia membuang keraguan dan mengambil apa yang diyakini, kemudian sujud dua kali sebelum salam. Jika ia shalat lima rakaat, maka sujud itu menggenapkan (menyempurnakan) shalatnya. Jika ia shalat empat rakaat, maka dua sujud tersebut membuat setan terhina.”

5. Sujud sahwi hukumnya sunnah, bukan wajib, karena ia tidak disyariatkan dilakukan ketika ketinggalan perkara yang fardhu dalam shalat. Sujud ini dilakukan sebelum salam, berdasarkan riwayat-riwayat yang telah disebutkan.

Wallahu a’lam bish shawab.
HAL-HAL YANG TERTINGGAL DALAM SHALAT HAL-HAL YANG TERTINGGAL DALAM SHALAT Reviewed by Unknown on October 31, 2017 Rating: 5

No comments:

Search This Blog

Popular

BAB 5

BAB 5 K I S A H Ada seorang salih, ia mempunyai saudara (kawan) yang salih pula. Setiap tahun ia berkunjung kepadanya. Suatu hari i...

Powered by Blogger.